![]() |
ilustrasi (sumber foto: saya sendiri) |
Generasi
Milenial & Z (gen z) belakangan
ini sudah sangat terkenal dengan kegandrungan serta hobi mereka yaitu membuat
konten (content creating). Sebutan
nya seperti content creator, blogger, dan influencer bukan lagi istilah asing yang bahkan sudah menjadi
pekerjaan dengan penghasilannya menggiurkan. Ditambah lagi dengan fakta yang
menunjukan bahwa kepopuleran aplikasi media sosial seperti TikTok dan Instagram
semakin meroket.
Menurut
Oberlo.com, aplikasi TikTok yang rilis pada 2016 telah mencapai 1 milyar
download nya pada Februari 2019, dan hanya dalam 8 bulan selanjutnya bertambah
sebanyak 500 juta download. Terhitung Januari 2021, TikTok sudah didownload 2
milyar orang dengan 689 juta pengguna aktif, apabila ditambah dengan pengguna
TikTok di Tiongkok (disana aplikasi ini dinamai Douyin) maka total nya adalah
1,29 milyar pengguna. Oberlo.com juga menulis terkait Instagram, mengutip dari
eMarketer dan Statista, pada awal 2021 pengguna Instagram telah mencapai 1,074
milyar pengguna diseluruh dunia dengan 71% penggunanya merupakan mereka yang
berusia dibawah 35 tahun. Tak heran jika sekarang semua orang berlomba-lomba
menjadi bagian dari budaya baru ini, karena eksposure dan keterjangkauan
menjadi seorang content creator cukup
mudah, asalkan ada kemauan.
Salah
satu bentuk content creating yang
awalnya berasal dari hobi namun makin lama menjadi sumber nafkah banyak orang,
adalah Beauty Blogging alias blogger
kecantikan. Beauty
Blogger bukan hanya seorang perempuan saja, banyak laki-laki yang juga ikut
andil. Dari mereka yang masih sangat belia dan duduk di bangku sekolah SD
ataupun SMP, hingga mereka yang sudah berumah tangga dan berkepala 4. Semua nya
ingin, bisa, dan sudah menjadi seorang Beauty
Blogger.
Namun sesungguhnya menjadi beauty blogger bukan hanya soal membuat konten dan mahir dalam bidang kecantikan saja, ada hal-hal dibaliknya yang tak banyak orang ketahui. Bahkan banyak yang berasumsi bahwa ini adalah pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan oleh orang-orang (terutama gender perempuan) yang malas saja.
Saya mewawancarai Chaca Annisa (27), seorang blogger yang menggeluti bidang ini sejak 2016 serta anggota dari komunitas beauty blogger paling bergengsi di Indonesia yaitu “Beauty Blogger Indonesia”, untuk mengatahui lebih lanjut mengenai dunia beauty blogging. Dari hasil bincang-bincang kami, dapat disimpulkan bahwa ada beberapa hal yang perlu diperhatikan. Seperti yang dikutip dari Refinery29.com, seorang beauty blogger asal Britania Raya yaitu Hayley Hall mengatakan “Semuanya bukan hanya tentang acara jalan-jalan, dan produk yang bagus. Adapula pekerjaan yang harus dikerjakan sampai malam hingga bayaran yang terlambat.”
Bukan Hanya Sekedar Review & EndorsementMencoba lalu mengulas produk kecantikan dan membagikannya ke orang-orang mungkin terdengar asik. Terutama untuk beauty blogger yang sudah kondang seperti Chaca, dikirimi dan mendapatkan produk terbaru dari brand kecantikannya langsung sehingga bisa menjadi orang pertama yang menjajali produk, merupakan hal yang biasa dan menguntungkan. Tak jarang ada brand yang rela membayar mahal para blogger untuk sebuah ulasan. Namun ada konsekuensi dibaliknya yang tak banyak orang tahu.
Chaca
menjelaskan bahwa dirinya biasa mencoba produk kecantikan selama minimal 3-7
hari sebelum ia menulis ulasan. Dari produk-produk yang ia coba, tak semuanya
cocok di dirinya. Ada beberapa yang kandungannya menyebabkan kulit breakout (muncul banyak jerawat) hingga
terparahnya iritasi. Namun apabila produk tersebut merupakan kiriman atau endorsement
dari suatu brand, tak jarang meminta untuk diulas baik. Ini yang menjadi
dilemma para beauty blogger, maka tak
jarang beberapa ulasan bersifat bias.
Hayley
Hall mengatakan kepada Refinery29.com, bahwa kejujuran ketika mengulas produk
adalah hal wajib sebagai bentuk integritas, apabila seorang blogger tidak memiliki integritas maka
pengikutnya akan berkurang karena kurang dipercaya dan tidak akan bertahan
lama.
Bentuk
pelanggaran integritas juga pernah dilakukan sebuah komunitas blogger kepada artikel milik Chaca, ia
menceritakan bahwa mereka mencuri review artikel miliknya tanpa memberikan
kredit. Sehingga yang mendapatkan keuntungan dari iklan (adsense) adalah komunitas tersebut. “Karena tidak ada kata seperti
‘baca selanjutnya di…’ yang selanjutnya menyertakan alamat blog saya, maka mereka yang dapat adsense nya. Benar-benar di copy-paste
seluruh artikel saya,” keluh Chaca.
Merangkap
Semuanya
Seorang beauty blogger biasanya berkegiatan menghadiri undangan event, serta membuat konten berupa video, foto, ataupun artikel. Menurut pengakuan Chaca, ketika menghadiri event dan menulis artikel reportase pada blog miliknya berdasarkan itu, ia mengandalkan pengalaman, observasi, pembicara, dan kadang press release yang diberikan oleh penyelenggara sebagai referensi.
“Biasanya aku menceritakan tentang keseruan dari event itu, apakah dia ada workshop atau challenge. Kalau release produk, aku akan bahas secara umum dulu sebelum aku coba langsung,” ucap Chaca.
Tak hanya itu, karena memang undangan acara hanya untuk satu orang maka para blogger kecantikan biasanya juga harus melakukan multitasking. Seperti merangkap menjadi fotografer dan videografer (apabila acara meminta video reportase). Adapula penyelenggara atau brand yang meminta adanya live report berupa instastory dan feed post di Instagram. Pada proses ini, Chaca mencertikan bahwa biasanya para blogger akan berebutan untuk mendapatkan foto terbaik, ter-aesthetic, dan pastinya editorial-looking.
“Apalagi kalau ada opening store suatu brand kecantikan, seperti gunting pita, pasti ramai dan berebut banget. Ga hanya sama sesama blogger, tapi juga pengunjung dan jurnalis media,” ujarnya sambil tertawa.
Setelah event, tidak boleh lupa seorang beauty blogger untuk mempublikasikan artikel terkait. Menulis adalah keterampilan yang harus dimiliki selanjutnya, tak luput pula proses pemilihan dan editing foto agar sesuai dengan artikel dan estetika dari artikel. Ini semua demi menyajikan konten terbaik untuk para pengikut nya.
Haters? "Makanan" Sehari-Hari
Hal
ini sudah tidak dipungkiri lagi, dengan segala gemerlap yang terlihat oleh mata
khalayak dan segala keuntungan yang didapat (seperti produk gratis, skill
kecantikan yang baik, hingga mengikuti event) maka pasti banyak orang yang akan
iri dan mencerca. Chaca mengatakan bahwa hal ini biasa dan seharusnya tidak
menjadi masalah untuk tetap maju menjadi seorang beauty blogger.
“Body
shaming (mengejek bentuk tubuh), tidak setuju dengan pendapat atau ulasan, dan
kata-kata kasar lainnya kadang saya anggap candaan saja.” tutur Hayley Hall
kepada Refinery29.com
1. 1. Konsisten
Sebagai blogger
kita haruslah konsisten dan terjadwal dalam membuat konten. Tidak ada
kesuksesan yang datang dengan mudah, bahkan Chaca mengaku untuk mendapatkan
iklan atau adsense pada halaman blog nya saja butuh waktu yang lama
dimana ia harus rajin mengunggah artikel. Agar dapat dibayar biaya endorsement
oleh brand juga ada tingkatannya, Chaca mengatakan biasanya influencer makro dengan followers Instagram diatas 10.000 lah
yang sudah bisa mendapat penghasilan yang memungkinkan menghidupi sehari-hari.
2.
2.
Chaca menyarankan
untuk belajar dari artikel atau konten blogger lain atau yang biasa disebut
“blog-walking”. Ini dapat menambah referensi dalam mendesain layout blog dan
feeds instagram, mengetahui apa yang sedang popular, insipirasi konten, dan
sebagainya.
3.
3.
Berinvestasi pada
peralatan seperti kamera, pencahayaan, ataupun produk kecantikan yang mahal
bukanlah hal yang wajib. Memiliki alat dan media yang tak mahal namun memadai
sudah bisa memulai perjalan ini, lambat laun pasti akan berkembang. Saran dari
Chaca adalah menginvestasikan hal-hal yang menunjang integritas mu sebagai
blogger seperti domain website atau layout feeds instagram yang baik agar
pengikutmu semakin yakin.
4. 4.
Jangan ingin
menjadi beauty blogger hanya karena tren, ingin produk gratis, mau diundang ke
acara, popularitas ataupun ke-viral-an saja. “Lakukan dari hati, hasil konten
yang dibuat dari hati dan niat yang tulus akan berbeda dengan yang ingin ikut
tren aja. Biasanya lebih enak dilihat atau dibaca,” tutur Chaca.
Setelah
sedikit mengintip kehidupan para beauty blogger, apakah anda semakin tertarik menjadi
beauty blogger? atau justru menjadi khawatir tidak cukup berkualifikasi? Apapun
jawabannya, dapat dipastikan bahwa tren menjadi pembuat konten alias content creator seperti beauty blogger akan terus tumbuh senada
dengan berkembangnya media sosial.
Kunjungi blog milik Chaca Annisa di www.chacaannisa.com
REFERENSI:
https://id.oberlo.com/blog/tiktok-statistics
https://www.oberlo.com/blog/instagram-stats-every-marketer-should-know
https://www.refinery29.com/en-gb/what-its-like-to-be-a-beauty-blogger
https://youthincmag.com/inside-world-influencers-beauty
0 comments